WALI KUTUB PALING SHAHIH SAAT INI
Assalamualaikum Warhmatullohi Wabarokatuh
Waliyullah
wali kutub, Wali Agung Mbah Nyai SARIPAH – KEDUNG BANTENG.
Waliyullah
wali kutub, Wali Agung kekasih Alloh yang ada pada jaman android ini benar
adanya, nyata keasliannya dan disaksikan langsung oleh keluarga, sahabat, dan
santri yang sedang ngaji Rialat.
membuktikan betapa sucinya beliau sehingga dari mulai beliau berangkat (wafat) tanggal 27 bulan juli tahun 2019. tidak pernah putus warga untuk Ziarah ke maqom Mbah Wali Kutub Wali Agung Nyai Saripah hingga sampai saat ini. Mulai dari daerah sekitar desa sampai luar pulau jawa juga habaib dari singapura, dan yang beragama Hindu sengaja datang untuk berziarah. (Untuk selengkapnya ada divideo selanjutnya).
Bernama Mbah Nyai Saripah, beralamat di Desa Kedung Banteng Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Sebulan atau beberapa minggu sebelum wafat beliau silaturahmi keliling kampung untuk meminta maaf (ampuraan) ke warga sekitar, sempat besuk orang sakit dan ta’ziyah ke orang yang meninggal.
Sebelum
berangkat (wafat) beliau memanggil semua anak dan cucunya untuk saling meminta
maaf (ampuraan), dan kurang lebih 10 menit sebelum wafat, suami beliau datang
dan beliau meminta do’a serta keikhlasan dan keridhoannya bahwa barangkali
semasa hidup bersamanya mempunyai salah kecil maupun besar dan beliau minta
maaf dan ikhlas ridhonya. Setelah bersama suaminya selesai, sang suami duduk
dan kepala beliau disandarkan ke pangkuannya lalu berdo’a sampai semua anak
cucunya meng amini.
Ucapan
terakhir beliau sabda ke Kang Zaenun (putranya) yaitu “ZAENUN WALI KUTUB WALI
AGUNG”, lalu beliau berangkat (wafat), dan begitu beliau wafat istri kang
Zaenun mengecup jempol kaki beliau, sebagai perpisahan.
Beliau
berangkat (wafat) pada hari sabtu pagi, jam 02.15 dini hari tanggal 27 bulan juli
tahun 2019. Ada yang berbeda diwaktu beliau sudah wafat, yaitu wajah beliau
terlihat sangat segar seperti umur 50an atau setengah baya, rambut sampai
kukunya sangat bersih seperti habis dimandikan, Beliau wafat dalam keadaan
berpuasa, dan wafatnya sangat halus, mungkin jika anda menyaksikan andapun akan
iri bahwa andapun ingin wafat yang seperti itu, sangat halus prosesnya.
Pada
malam itu langit sangat cerah, seperti tanggal 14 namun jauh lebih terang, juga
muncul pelangi dari barat ketimur, saksinya banyak disitu. Banyak keluarga,
sahabat dan santri yang pada bingung saat matahari mulai terbit, karena
menyaksikan sendiri para warga yang datang berbondong-bondong untuk
berta’ziyah, ada rombongan yang memakai mobil pickup, mobil pribadi, apalagi
motor, sangat banyak.
Banyak
para saksi yang merasakan sendiri, bahwa jenazah almarhumah sangat lemas,
seperti orang hidup, seluruh raganya benar-benar sangat lemas. Itu dibuktikan
dengan para warga keluarga dan santri yang berebut mengulurkan tangannya secara
berurutan untuk sampai ke lokasi maqomnya, karna prosesnya tidak memakai katl
(alat bantu pembawa jenazah).
Mbah
Nyai Saripah mempunyai sifat yang lemah lembut, dibuktikan oleh para santri
yang sedang rialat disitu, serta beliau sangat hati-hati dan juga tau dengan
makanan yang semestinya harus dimakan atau dibagikan, itulah salah satu bukti
kesucian mbah Nyai Saripah.
Keluarga
merasa heran, karena “Ibunda (Almarhum) semasa hidupnya kan jarang bepergian?”
Ujar keluarga, kenapa pas wafatnya yang datang membludak? Yakin ini semua
persembahan dari Kuasanya Gusti Alloh untuk para kekasihnya. Keluarga dibuat
heran lagi karna kejadian 41 hari ngaji itu, padahal tidak mengundang warga, namun
warga datang berbondong-bondong untuk ikut ngaji diacara 41 hari Alamarhum, hingga
mushola dan rumah itu tidak cukup tempat.
Hingga
pada akhirnya ada acara 41 hari gelombang kedua, yaitu dihari selanjutnya,
subahanalloh.. betapa sucinya almarhum. Mbah Wali Nyai Saripah wafat tidak
meninggalkan beban kepada anak-anaknya, salah satunya dibuktikan dengan selama acara
ngaji itu yang namanya suguhan, makanan dan minuman itu sampai berjejer sangat
banyak, hingga ditumpuk-tumpuk.
Itu
semua dari pemberian warga dan para tamu, seakan-akan seperti mbah Nyai Saripah
mampu menyiapkan semuanya sendiri, dan yang tidak bisa ikut acara 41 harinya pun
bisa tetap ikut dihari berikutnya.
Mbah
Wali Kutub Nyai Saripah mempunyai anak salah satunya Muhammad Zaenun Alim, atau
sering dipanggil Kang Zaenun. Kita angkat dulu sekilas tentang Kang Zaenun. Pada
usia muda beliau pergi mondok kebeberapa pesantren bersama kakaknya yaitu Kang
Asif, beliau berdua akhirnya berpisah mondoknya lantaran kemauan kang Zaenun
sendiri.
kang
Asif (kakanya) sudah tamat mondok dan sudah pulang kerumah. Sementara kang
Zaenun belum pulang dan cukup lama tidak ada kabar hingga dikabarkan sudah
meninggal oleh warga dan sampai ketelinga keluarganya. Sampai pada akhirnya
pihak keluarga ikhlas dan sudah mengakui kabar meninggalnya meski dengan rasa
berat hati yang sangat dalam, padahal yang sesungguhnya beliau sedang menjalani
masa lelakonnya, hanya saja tidak ada yang mengetahui.
Diumur
yang belum terlalu tua ini, Kang Zaenun dalam masa lelakonnya sudah malang
melintang keberbagai sudut Indonesia, dan terakhir jumeneng (tinggal) di alas
Purwo Banyuwangi dengan waktu yang cukup lama pula.
Beliau sering bertemu dan berkumpul dengan orang-orang alim dan shaleh, yang namanya sudah dikenal sebagai tokoh besar umat islam. Juga ikut andil membangun batu qur’an di pandeglang – Banten yang berjumlah 4 atau 5 orang termasuk orang yang dituakan oleh kang Zaenun. Diakhiri menetap lama dipedalaman alas Purwo Banyuwangi. Sampai pada tahun kurang lebih tahun 2010/ 2011 an beliau pulang kerumah dan jumeneng sampe sekarang.
Sekilas seputar lelakon sampai keAlas Purwo, beliau sering menjumpai banyak orang-orang yang mati disana, tentu berbeda niatnya masing-masing, “sopo nandur yo ngunduh” ujar beliau, menanam niat baik pasti dapat hasil yang baik, dan sebaliknya menanam keburukan pasti dapat hasil yang buruk, karna alas purwo ini benar-benar sensitif dihal kejiwaan seseorang, tak heran jika alas Purwo ini salah satu alas yang sangat kental dengan dunia mistisnya.
Kembali
lagi kemasa sekarang, Sesudah berangkatnya (wafat) Ibunda (Mbah Nyai Saripah),
Kang Zaenun beberapa kali dimimpikan oleh Almarhumah, dimana dalam mimpinya
tersebut terlihat sangat gamblang dan jelas meski dimimpi dilain waktu.
Bahwa
dimimpi tersebut Kang Zaenun menggendong Almarhumah sambil membawa cangkul
untuk dikebumikan, memilih tempat dibeberapa wilayah diindonesia namun almarhumah
kurang menyukai sehingga berpindah lagi sampai ketanah Arab tepatnya Mekah. Disitu
Almarhumah minta istirahat untuk beberapa waktu sambil istirahat Kang Zaenun
karena kelelahan menggendongnya, tidak lama kemudian Kang Zaenun melihat Ibundanya
(Mbah Nyai Saripah) terbang kelangit. Subahanallah..
Sebenarnya
beliau sudah paham dengan mimpi itu, bahwa maqom Alm. Ibunda harus diganti
tanahnya, namun karena ramainya aktifitas peziarah di maqom Mbah Nyai Saripah
saat itu, kang Zaenun menunda waktu sampai aktiftas tidak terlalu ramai, namun
tidak bisa dihindari karena maqom jarang sepi.
Dan
pada akhirnya Kang Zaenun menunaikan amanat dari Alm Ibunda untuk mengganti
tanah maqom, (alasannya apa nanti
insyaAlloh dibahas di video selanjutnya).
Tepat di hari selasa tanggal 17 mei 2022 waktu pukul 14.30 keluarga dan beberapa
santri yang sedang ngaji rialat dipondok mulai mengambil tanah yang baru untuk
menggantikan tanah maqom yang lama. Pada proses pengambilan tanah yang lama
betapa kagetnya semua yang disitu, “Emang dasarnya Gusti Alloh ingin
memperlihatkan kesucian Mbah Nyai Saripah” Ujar Kang Zaenun.
Betapa
terheran-heran para keluarga, santri dan
sahabat, bahwa Maqom Almarhumah sangat wangi, dan wanginya itu seperti wangi
wewangian berkualitas tinggi, dan anehnya para santri, sahabat dan keluarga
tidak ada yang berkeringat, mereka semua menyambut gembira, padahal lokasi
maqomnya itu di kamar didalam rumah Almarhumah, jelas jika itu terjadi dilain
rumah pasti sangat pengap, dan bau keringat yang sangat menyengat, namun itu
tidak terjadi disini, malah sebaliknya. (alasannya
dikebumikan didalam rumah, nanti insyaAlloh dibahas di video selanjutnya).
Dimomen
paling luar biasa inilah hampir semua meneteskan air matanya, karna terharu
melihat langsung bahwa jasadnya (tulang belulang), kain kafannya, hingga papan
kayunya (kayu salam tua) itu semuanya HILANG.. Subahanallah.. semuanya menangis
disitu hingga cucunya yag masih kecil menangis sampai rumahnya karena
kehilangan sang eyang uti tercintanya. foto dan videonya ada dan kami simpan.
Mari
kita simak keseharian Wali kutub Wali agung Mbah Nyai Saripah. Beliau semasa
hidupnya penuh dengan beribadah. Beliau berlatar belakang ibu rumah tangga
biasa juga sebagai petani sawah dan kebun. Inilah manusia suci kekasih Alloh,
karena Dari usia muda beliau tidak pernah meninggalkan ibadah sholat, dan hampir
semua sholat sunnahnya dan menjalani rialat puasa sehari-harinya.
Beliau
menjalankan semua rialat itu dalam kondisi apapun, dan ditempat manapun,
terbukti dari kesaksian teman bertaninya dulu yang sekarang masih hidup, bahwa
mbah nyai saripah jika pergi kesawah untuk bertani pasti membawa perlengkapan
sholat, jika sudah mendekati jam sholat dukha beliau izin ketema-temannya untuk
sholat dukha, dan sangat sportif, beliau akan mengganti waktu sholatnya
diposisi kerja dengan pulang atau (berhenti kerja) paling terakhir atau menambah
waktu kerja untuk menggantikan waktu yang sudah terbuang untuk sholat dukha
tadi, kejadian ini hamper setiap kali kesawah, artinya istiqomah dari dulu. Subahannalloh..
Kesaksian
dari teman bertani yang lain juga ada yang memberikan informasi, bahwa dulu jika
kami sedang istirahat dhuhur di gubuk (saung) untuk makan siang “Saripah iku jarang makan bareng, karna lagi
puasa, ujarnya”, pas kita lagi pada makan siang bareng, beliau memilih pergi
untuk berwudhu dan sholat ditempat yang ada (area sawah). Itu sering sering
terjadi, yang artinya mbah saripah juga istiqomah rialat puasa dalam kondisi
apapun.
Dari
kesaksian anak-anaknya Mbah Wali kutub Nyai Saripah yaitu, dalam kesehariannya
Ibu selalu istiqomah menjalankan rialat sholat dan puasa, ibarat hampir semua
waktunya habis untuk beribadah ke Gusti ALLAH sang pencipta segalanya. Pernah
tirakat dikamar selama 3 tahun, pernah 3 bulan puasa ngebleng (puasa full tidak
makan tidak minum siang dan malam hari).
Beliau
pernah menjadi pengembala kambing dan sapi, sampai mencari rumput untuk pakan
ternaknya (ngarit), dalam kondisi mengembala pun beliau tetap sambil
menjalankan ibadah puasa dan sholatnya, tidak pernah sedikitpun meninggalkannya,
sungguh beliau IBU yang sangat luar biasa.
Dan
masih banyak lagi cerita soal semasa hidupnya Mbah wali kutub Nyai Saripah, yang sangat patut dan
wajib untuk dicontoh.
Semoga
kita semua diberikan Keselamatan dunia dan akhirat, dan hidup yang berkah dan
barokah. amin amin YA Robbal Alamin..
InsyaAlloh
video selanjutnya ada diChanel kami yang lain dan langsung dari saksi mata atau
santri, keluarga, sahabat Kang Zaenun dan Alm. Mbah Nyai Saripah.
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.